Surabaya, Berita Rakyat -- Wartawan jawa pos dan wartawan Rtv, mendapat bogem mentah dan di tendang oleh oknum polisi polrestabes surabaya saat meliput aksi kerusuhan bonek di grahadi, malam kamis,(10/10/2016).
Korban kekerasan aksi pemukulan yaitu Dida tenonal dan hadi . Akibatnya, mereka menderita luka lebam di bagian wajahnya serta kakinya mengalami memar akibat tendangan.
"Kami bingung mengapa dijadikan sasaran pemukulan oleh beberapa oknum polisi. Padahal, saat itu kami sedang bekerja dan meliput. Apalagi kami sudah memakai kartu identitas wartawan," ujar seorang teman korban, candra ketika ikut peliputan.
Sebelum memukuli wartawan, polisi yang melakukan penjagaan sempat membubarkan aksi massa yang membuat kisruh dan pengerusakan yang di lakukan bonek, dan awalnya peliputan berjalan normal.
Kejadian berubah tepat saat polisi yang mengawal aksi berupaya membubarkan massa bonek dengan sedikit keras. Hal ini tentu membuat para wartawan tertarik untuk mengabadikan momen tersebut. Namun tiba-tiba beberapa petugas Polrestabes Surabaya melakukan aksi brutal memukuli dan menendang wartawan ketika peliputan.
"Dugaan besar, Polisi meminta wartawan untuk tidak merekam aksi brutal yang di lakukan polisi terhadap bonek ketika hendak di abadikan oleh rekan wartawan," terang candra rekan korban.
"Beberapa polisi melarang para wartawan mengambil gambar itu. Tiba-tiba salah ada satu polisi memukul saya. Kemudian ada rekan polisi lain terpancing dan ikut memukuli juga," ucap nya.
"Ini tidak bisa dibiarkan. Saat terjadi peristiwa itu, rekan kami sedang bertugas meliput. Karena itu, kami akan melaporkannya dan berharap ada tindakan tegas pihak kepolisian," kata candra saat diskusi dengan rekan wartawan televisi.
Terpisah, waka polrestabes surabaya AKBP Denny mengatakan," kami akan melakukan koordinasi dengan rekan media untuk mencari jalan terbaik, karena kejadian malam itu, polisi tidak tau mana rekan wartawan dan mana bonek," tutup Denny kepada rekan media di mapolrestabes surabaya.(bry).