Berita Rakyat Nusantara - Lestari (28) wanita muda satu anak ini akan berbagi pengalaman untuk para pembaca setia beritarakyat.co.id
Saya ada artikel untuk masalah "bicara kasar" terhadap anak yang masih usia dini. Semoga membantu untuk permasalahan bagi para macan (mama cantik) yang belum mengerti tipsnya.
Bila seorang anak, saat di panggil orang tuanya, biasanya anak tersebut Pura-pura tidak dengar. Dan jangan buat kata-kata itu berkesan bagi anak dengan memarahi atau menasihatinya.
Perilaku yang diberikan perhatian cenderung diulang. Sementara yang tidak diberikan perhatian, cenderung berkurang. Sebaiknya berikan perhatian pada kata-kata yang baik.
Misalnya, “Adik bilang pintar, ya, ke kakak? Kakak memang pintar.” ujar macan ini kepada beritarakyat.co.id
Wanita kelahiran di kota santri Pasuruan ini menuturkan, bila anak bicara kata yang tidak pada tempatnya, pantat misalnya, alihkan dengan kata lain yang mirip.
“Ohh… Adik mau ke pantai? Ingat waktu kita ke pantai, ya? Kita, kan, bawa ban. Coba ambil bannya sekarang.” Anak bakal lupa Beberapa kasus bisa diselesaikan melalui peristiwa dramatis.
Misalnya, anak Anda sangat menyayangi neneknya. Kalau dia mengucapkan kata terlarang di hadapan neneknya, lalu neneknya menangis kecewa, ini akan menjadi pelajaran berharga bagi anak.
Menurut macan ini, gunakan teknologi untuk mencatat interaksi di rumah, seperti cctv. Bisa juga, gunakan fasilitas perekam dari ponsel ketika Anda atau anak marah, lalu dicatat. Kemudian pencatatan yang detil tentang perilaku buruk ini sebagai pengingat agar lain kali berubah menjadi perlaku positif.
Situasinya akan lebih sulit ketika anak mendapat contoh kata-kata buruk dari lingkungan pergaulannya. Biasanya, anak mendapat dukungan dari teman-temannya ketika bicara buruk.
Yang membuat menarik anak dari teman-temannya bukan ide yang baik. Ajarkan anak untuk tidak menyebut kata-kata itu di dalam rumah. Ini sama seperti ketika Anda berpesan, “Nanti kalau ketemu eyang, bicaranya A, B, dan C, ya. Kalau bicara D, E, F tidak sopan.” ungkapnya.
Ditambahkan Lestari, menurut Anna S. Ariani, MPsi. Kegagalan sering muncul ketika tanpa sadar orang tua emosi menghadapi kesalahan anak yang berulang.
“Kenapa, sih, bilang ‘bego’ lagi. Sudah mama nasihati berkali-kali. Belum ngerti juga, ya?” Anak bukannya kapok, malah ingat terus kata-kata itu.
Semoga bermanfaat untuk para macan (mama cantik) di penjuru Nusantra ( abdi tuhan).