Berita Rakyat, Surabaya. Media sebagai sumber berita yang edukatif harus bisa memberikan info ke masyarakat, dan seluruh warga negara bahwa Radikalisme itu ada.
Ali Imron menyampaikan tentang ini saat menjadi nara sumber pada webinar online Aswapi talk#3 yang bertajuk "Peran Media Digital Dalam Mengantisipasi Radikalisme dan Terorisme di Indonesia" Senin (6/3/2023).
Menurut Ali Imron, masih banyak masyarakat yang belum percaya bahwa teroris dan keyakinan teroris di Indonesia itu ada. Alumni Akademi Militer Mujahidin Afganistan ini setelah mengaku bersalah dan bertobat, kemudian mendedikasikan hidupnya guna mengkampanyekan deradikalisasi untuk dunia.
"Saat itu kami adalah pengikut Kartosuwiryo generasi penerus ke 4. Tujuan jangka panjang gerakan waktu itu yaitu ingin mengembalikan Negara Islam Indonesia, sedangkan jangka pendeknya untuk mendakwahkan Islam melalui Jihad Fisabilillah," beber Ali.
Sengaja Ali menceritakan latar belakang tersebut agar masyarakat faham bahwa apa yang dia (Ali) kampanyekan adalah suatu kenyataan yang benar adanya. Sebab dia sendiri adalah pelaku utama dalam beberapa gerakan pengeboman di Indonesia.
Kemudian nara sumber yang lain Nasir Abbas mantan pimpinan Jamaah Islamiyah mengatakan, media harus mampu mengemas berita-berita yang positif. Karena media sangat memainkan peran dalam mencegah suatu peristiwa, sekaligus media merupakan sumber info bagi mereka-mereka yang akan melakukan pergerakan.
"Waktu itu kita menggunakan media sebagai sumber informasi, penangkapan anggota dan pergerakan polisi diketahui melalui media. Media yang memperoleh info lalu diekspos hingga menjadi informasi buat kita untuk melakukan pergerakan," cerita Nasir Abbas.
"Media itu berfungsi sebagai pengantar pesan." Imbuhnya lagi.
Pada kesempatan yang sama Ruly Rahadian pengamat perang Asimetris dan Ketum Aswapi mengemukakan pandangannya bahwa, Isu radikalisme dan terorisme memang belum selesai di Indonesia. Sebab, meskipun sudah diproses dan pelaku telah ditangkap, kita masih sibuk diteror secara tidak sadar oleh beberapa teroris yang ada.
Lanjut Ruly Rahadian, Dalam perang, secara nyata mereka yang memiliki jaringan informasi yang kuat, network yang bagus dialah yang akan menang perang," papar Ruly Rahadian.
Ruly Rahadian berharap agar media tetap memberitakan fakta apa adanya, tanpa mendramatisir, serta selalu mematuhi kode etik jurnalistik.
"Ingat untuk selalu mengaburkan wajah pelaku, menginisialkan nama. Hindari menyebut nama personel yang bertugas, jangan menyebutkan alamat dan lokasi, sebab info yang kita upload bisa menjadi informasi yang mungkin akan menggagalkan kinerja aparat, masyarakat itu lebih percaya media," tutup Ruly Rahadian.
Foto Ali Imron Nara Sumber webinar Aswapi talk#3 |