![]() |
Aksi Kang Pramu bersama Istiqlal Syukri Ahmad, saat bacakan puisi di Wisata Jopuro |
Berita Rakyat, Banyuwangi. Gelaran Parade Puisi yang digeber di anjungan Wisata Alam Jopuro, atau biasa dikenal sebagai Kampung Sidat, Wisata Keli-Kelian di Desa Kampung Anyar, Glagah, Banyuwangi, berlangsung gayeng dan meriah sekali. Kegiatan yang dipandegani Komunitas Lentera Sastra (Terminal Literasi Pegawai Kementerian Agama) Kabupaten Banyuwangi, pada Minggu (13/6/21) bertabur budayawan dan sastrawan Bumi Blambangan. Baik yang tergabung dalam Dewan Kesenian Blambangan (DKB) maupun komunitas budaya dan sastra lainnya.
Tak kurang Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten
Banyuwangi, melalui Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam (Kasi PAIS) H. Dimyati,
menyampaikan apresiasinya. Menurutnya, keberadaan Komunitas Lentera Sastra
tersebut telah menyemangati literasi dilingkungan Kantor Kemenag Kabupatren
Banyuwangi tumbuh dengan pesat.
“Satu hal yang menjadi ciri khas, penulis pada kantor kementerian
agama selalu memberikan warna religi dalam karyanya. Sehingga kami berikan
suport penuh kegiatan Lentera Sastra yang dilaksanakan secara mandiri ini,” ungkapnya.
Begitu pula Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Kabupaten
Banyuwangi yang diwakili beberapa pengurusnya, tak lupa memberikan apresiasi mendalam
kepada ASN pada Kementerian Agama yang sudah menelorkan karya. Bahkan Slamet
Hariyanto atau yang akrab dipanggil Cak Momo, merasa bangga sekaligus malu
ketika mendapat undangan dari Lentera Sastra. Pria yang aktif menulis puisi ini
bangga karena semangat ASN Kementerian Agama yang secara mandiri mampu
menggerakkan Sastra dan literasi.
“Kami bangga dan sekaligus malu, karena DKB saja belum
melaksanakan kegiatan sebagaimana yang telah dilaksanakan Lentera Sastra ini,” katanya.
Senada, Sekretaris DKB Banyuwangi, Nanik Asiyani turut
bangga dengan semangat literasi di Kemenag Banyuwangi, dari tingkat MI, MTs, MA
hingga para guru penggerak Literasi. “Hampir tiap hari saya membaca opini yang
ditulis guru maupun siswa madrasah,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Nanik juga memberikan Buku Kamus
Bahasa Daerah Using-Indonesia kepada Komunitas Lentera Sastra. Buku tersebut dicetak
oleh Emillia Contessa (anak kandung Hasan Ali, budayawan Banyuwangi yang
dijuluki Kamus Using berjalan), untuk diberikan kepada yang benar-benar
membutuhkan.
Pada acara “Ngaji Sastra” yang dipandu oleh Nurul Ludfia
Rohmah, hadir banyak narasumber dari DKB Banyuwangi. Terlihat ada Cak Momo,
Nanik Nu Yety dan Fatah Yasin Noor, juga Ketua Sanggar Merah Putih 45 Agus Wahyu
Nuryadi yang memberikan banyak masukan terhadap pembacaan puisi baik yang
dilakukan siswa MAN 1 Banyuwangi maupun ASN Kementerian Agama. “Tidak ada aturan yang benar-benar baku
tentang pembacaan puisi,” lontarnya.
Tentang penulisan puisi, Bung Aguk (pangilan akrabnya) membahas beberapa puisi yang ada pada Buku Pojok Romanza. “Almarhum Achlis Yusrianto sesuai dengan puisinya bukanlah sastrawan, melainkan seorang filosof, sehingga tulisan puisinya bukan hanya bernilai sastra, tetapi juga tuntunan religi,” urainya.
Berbeda dengan para narasumber sebelumnya, budayawan Banyuwangi
Aekanu Hariyono begitu tertarik dengan beberapa penampilan pembacaan puisi pada
Minggu siang itu. Seperti halnya pembacaan puisi secara bersama yang dilakukan
Faiz Abadi dengan kedua putranya. “Penampilannya sangat bagus, sebagai salah
satu bentuk pendidikan dan pengkaderan sastra kepada anak-anaknya. Karena guru
terbaik bagi anak-anak adalah kedua orang tuanya,” terangnya.
Tour Guide yang telah malang melintang di beberapa negara
tersebut berharap semangat menumbuhkan budaya dan sastra terus dipupuk untuk
tetap menjaga kearifan lokal tetap terjaga.
Sementara Ketua Lentera Sastra, Syafa’at, menanggapi yang
disampaikan pengurus DKB Kabupaten Banyuwangi, bahwa apa yang dilakukan komunitasnya
diharapkan menjadi pemantik agar sastra yang telah tumbuh subur di Bumi
Blambangan semakin tumbuh berkembang.
“Kerjasama antar lembaga tetap harus kita jaga dan
kembangkan untuk perkembangan literasi, budaya dan sastra di Kabupaten
Banyuwangi,” bebernya.
Syafa’at tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang turut serta membantu suksesnya pelaksanaan acara parade puisi
yang digelarnya. “Terima kasih kepada semua pihak yang mensuport kegiatan ini,
terutama Ibu Siti Latifah Hairiyah selaku Kades Kampung yang memfasilitasi
tempat di Wisata Jopuro ini,” ucapnya seraya mngacungkan jempol kepada beberapa
pengurus Badan Penelian Aset Negara Aliansi Indonesia (BPAN-AI) yang juga hadir
memberikan support dalam kesempatan tersebut.
Di penghujung acara, gegap gempita pengunjung Wisata Keli-Kelian
Jopuro dihebohkan dengan penampilan pembacaan Puisi dan drama oleh seniman dan
budayawan Banyuwangi Tjatur Pramukho Shakti yang biasa disapa Kang Pramu, dan
Istiqlal Syukri Ahmad (siswa kelas 4 MI Islamiyah Rogojampi) yang mampu
menghipnotis pengunjung. Totalitas penampilan pria berambut gondrong yang sudah
memutih semua itu ketika membacakan puisi, membuat anjungan Wisata Jopuro menjadi pusat perhatian.
Hebatnya, penampilan budayawan gaek ini ternyata mampu diimbangi oleh Istiqlal
Syukri Ahmad, yang tak lain anak kandung Bung Aguk, Ketua Sanggar Merah Putih
45 Banyuwangi.
Penulis : Hakim Said
"Tulis Judul Artikel lain di sini"