Berita Rakyat – Pengamat Pariwisata Nasional Taufan Rahmadi menegaskan, implementasi wisata halal bukan dengan menganiaya seekor anjing atau bahkan membunuhnya. Pernyataan ini, dilontarkan untuk menanggapi kejadian viral di media sosial belakangan ini soal tewasnya anjing Canon.
TR panggilan akrabnya menjelaskan, konteks wisata halal ada pada layanannya, bukan mengubah objek atau alam wisata lainnya. Selain itu, Wisata Halal juga bukan sebuah Islamisasi atau jilbabisasi dari sebuah destinasi. Tetapi, murni gaya hidup atau halal lifestyle.
Menurut TR, selama ini minimnya pemahaman tentang wisata halal di masyarakat seringkali menimbulkan pro dan kontra terkait penerapannya di dunia pariwisata.
“Belajar dari kasus Satpol PP dan matinya anjing Canon di Aceh, saya berpendapat sudah waktunya untuk meningkatkan literasi masyarakat tentang wisata halal yang kerap dipahami sebagai islamisasi dunia pariwisata, padahal bukan seperti itu,” tuturnya, Rabu, 27 Oktober 2021.
Penulis buku Protokol Destinasi ini juga menerangkan, wisata halal adalah berbicara tentang gaya hidup, layanan pilihan berwisata bagi wisatawan yang memang membutuhkannya disaat mereka berlibur di destinasi wisata.
“(Layanan) itu tidak hanya terbatas kepada wisatawan muslim ataupun wisatawan nonmuslim saja. Jadi ini bersifat universal, karena sama-sama kita tahu bahwa halal itu esensinya adalah sehat dan bersih,” tandasnya. []