Berita Rakyat, Cirebon. Lamaran/Panjang Mios merupakan simbol prosesi "lamaran Abdullah bin Abdul Muthalib kepada Siti Aminah", dimana prosesi ritual tersebut Pada 11 Robiul Awal 1443 H, 14 Muwal Pat Ma Tahun Alif ABoGe 1955 Saka, bertepatan dengan tanggal 19 Oktober 2021.
Sebagai media informasi bagi warga sekitar bahwa malam harinya akan digelar prosesi Pelal Ageng atau Panjang Jimat pada Maulid
Nabi Muhammad SAW di Kesultanan Kanoman yang di pimpin oleh Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran.
Mewakili Kanjeng Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin sebagai Sultan Kanoman XII. Allahuma Sholii Allah
Muhammad, Yaa Robbi sholi alaihi Wa Sallim .
𝙋𝙚𝙡𝙖𝙡 𝘼𝙜𝙚𝙣𝙜 𝙩𝙖𝙝𝙪𝙣 𝙞𝙣𝙞 𝙖𝙙𝙖 𝙥𝙚𝙧𝙗𝙚𝙙𝙖𝙖𝙣,
Luar biasa hikmad dan syahdu.. dari awal acara sampai 𝙙𝙤𝙖 Marhaban, dalam hikmatnya Tadaruz, kehadiran Bapak LaNyalla M Matalitti dan rombongan juga merupakan hal menarik dan menjadikan Pelal Ageng 1443 H tahun ini berbeda dengan tahun - tahun sebelumnya.
Ketua DPD RI, dalam acara ini juga menerima PIN Kesultanan Kanoman yg langsung di sematkan oleh Kanjeng Gusti Sultan Kanoman XII- Mohammad Emmiruddin dengan di dampingi Ratu Raja Arimbi Nurtina yang juga merupakan adik kandung Sultan, Bunda Fifi Sofia - kerabat dalem Kesultanan Kanoman, serta Dewan Pembina dari 𝙈𝙖𝙩𝙧𝙖 𝘾𝙖𝙧𝙚, dan juga KPP Suryowibowo - dari 𝙋𝙧𝙖𝙟𝙖 𝙆𝙖𝙙𝙞𝙥𝙖𝙩𝙚𝙣 𝙈𝙖𝙣𝙜𝙠𝙪𝙖𝙡𝙖𝙢 dan 𝙎𝙚𝙠𝙟𝙚𝙣𝙙 𝘿𝙋𝙋 𝙈𝙖𝙩𝙧𝙖.
Kehadiran LaNyalla di Pendopo Jinem Kasultanan, yang disambut langsung oleh Sultan Kanoman XII Kanjeng Gusti Sultan Raja Mohammad Emirudin dan adik kandungnya Hj. Ratu Raja Arimbi Nurtina, S.T.
LaNyalla juga didampingi Sekjen DPD RI Rahman Hadi dan Deputi Administrasi DPD RI Lalu Niqman Zahir. Turut hadir juga dalam acara tersebut Wakil Walikota Cirebon, Dra Hj Eti Herawati dan Sekjen Partai Bulan Bintang Afriansyah Noor.
Menurut LaNyalla, memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai cara umat muslim agar selalu ingat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan mengingat Muhammad SAW, kemudian umat muslim akan berusaha meneladani akhlak Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari.
"Hal itu menjadi spirit kita semua dalam
melaksanakan tugas pengabdian kepada bangsa dan negara. Kita harus mencontoh sifat Nabi Muhammad SAW yang pasti membuat kita tidak terjerumus kepada hal-hal yang negatif yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan aturan pemerintah,” kata LaNyalla.
Mengenai tradisi Panjang Jimat, LaNyalla berharap tradisi tersebut dipertahankan dan dilestarikan.
"Tradisi Panjang Jimat sebagai ritual yang sakral harus diuri-uri supaya lestari. Sebagai warisan nilai luhur yang penuh makna dan marwah agamis," ujarnya.
Hal yang sama juga di sampaikan oleh Ibu Arimbi, BundaFifi dan KPP Suryowibowo yang selalu menghadiri acara puncak mauludan- Panjang Jimat Kesultanan Kanoman sejak lebih dari 10 tahun lalu.
Pelal Ageng Panjang Jimat dibuka dengan doa tawassul di Pendopo Jinem. Kemudian ada sembah bakti dari Patih Kesultanan Kanoman Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran kepada Sultan Kanoman XII sebagai maksud untuk meminta restu untuk memulai jalannya acara.
Sungkem juga di lakukan oleh Bunda Fifi dan KPP Suryowibowo.
Setelah memakai jubah Rasul, Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran memimpin arak-arakan atau pawai yang diikuti LaNyalla,i i merupakan keistimewaan acara Pelal Ageng tahun ini, kerabat keraton hingga para abdi dalem. Pawai tersebut dari langgar alit menuju Masjid Agung Keraton Kanoman.
Sholawat nabi selalu dikumandangkan dalam mengiringi pawai. Para abdi dalem terlihat membawa 'nasi jimat'. Di dalam masjid dilakukan prosesi pembacaan Maulid Barzanji oleh Penghulu Kesultanan Kanoman.
Panjang Jimat, menurut Ibu Ratu Raja Arimbi Nurtina, pada dasarnya mengacu pada 'nasi jimat', Ini adalah nasi spesial, karena dikupas satu persatu dari gabah menjadi beras sambil melantunkan shalawat Nabi SAW.
Setelah menjadi beras kemudian dicuci atau dipususi di Sumur Bandung, dengan tetap melantunkan shalawat. Proses mengupas gabah dan mengolahnya menjadi 'nasi jimat' dilakukan abdi dalem perempuan yang suci dengan menjaga wudhu.
Panjang Jimat juga memberi makna bahwa malam itu sebagai malam keutamaan dan agung, malam yang bersejarah, malam dimana dilahirkannya manusia suci yang kelak memberi syafa’at kepada umat manusia.
dalam malam Pela Ageng, juga ada prosesi laku Diam di lakukan oleh Pangeran Patih Mohammad Qodiran yg mewakili Sultan Kanoman , inia dalah cerminan sikap pemimpin yang sebaiknya banyak mendengar dan fokus terhadap ummatnya.
Acara Tadaruzan berakhir setela meliwati tengah malam, Pangeran Patih kembali ke pendopo Jinem bersama para kerabat Kesultanan.
Penulis : KPP H. Ferryzhal Utama Suryowibowo
Editor : Ade
Baca juga:
