Ketua Harian Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kota Surabaya |
Hal tersebut disampaikan oleh Boyke, saat menghadiri acara penyuluhan hukum dan buka puasa bersama, yang digagas oleh Ikatan Keluarga Silat Putera Indonesia Kera Sakti (IKS PI Kera Sakti) dan Surabaya Children Crisis Center (SCCC) di Gedung Serbaguna Bratang Surabaya, Sabtu (1/4/2023) malam.
"Luruskan niat, belajarlah pencak silat sebaik mungkin, dengan tujuan untuk menjaga diri sendiri dan keluarga juga mengukir prestasi. Jangan belajar silat untuk dipamer-pamerkan," ujar Boyke.
"Supaya tidak berurusan dengan polisi, jangan melanggar peraturan," imbuh Boyke.
Menurut Boyke, adanya jurus-jurus pencak silat yang menggunakan duplikat senjata-senjata tradisonal, tujuannya adalah untuk pentas dan pertandingan seni, bukan untuk kebutuhan tawuran atau membunuh orang.
Mokamat Sholikin Ketua Pesilat Kera Sakti Wonokromo berharap, setelah acara penyuluhan hukum dan buka puasa bersama tersebut, para pesilat "mellek hukum", lalu bisa mencegah dirinya agar tidak melakukan kekerasan antara satu dengan yang lainnya.
"Siswa-siswa kita ini rata-rata bawah umur, setelah acara ini, mereka sudah harus tau kemana akan mengadu, jika menjadi korban kekerasan", ujar Sholikin.
"Demikian pula jika mereka (siswa silat) tersandung urusan hukum, kita menggandeng SCCC sebagai pendamping, untuk memastikan pesilat yang dibawah umur, bisa mendapatkan haknya sebagai anak," tambahnya lagi.
Siswa Silat buka puasa bersama |
Senada dengan Sholikin, Hariyadi, S.H, warga Kera Sakti yang juga merupakan anggota Polsek Wonokromo mengatakan bahwa, sedini mungkin anak-anak harus tahu dan sadar hukum, sehingga mereka (siswa silat) tidak berpotensi melanggar hukum.
Pada bagian akhir pemateri dari LBH SCCC menyampaikan, jika pesilat terlibat tawuran tentunya akan memiliki konsekuensi hukum pidana. hal ini merupakan tanggung jawab secara pribadi, bukan tanggung jawab perguruan atau tempat latihan.
Penulis : cakmet
Editor : Slamet
Baca juga: